Preformulasi Emulsi Dan Pembuatan Emulsi

Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamik yang mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur, dimana satu diantara zat cair tersebut terdispersi (fase pendispersi) dalam fase cair lainnya (fase pendispersi).


Preformulasi Emulsi


Pada dasarnya obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua bentuk obat mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Ada zat yang tidak stabil jika berada dalam sediaan tablet sehingga harus dalam bentuk kapsul ada juga dalam sediaan emulsi. Semua sediaan diformulasikan khusus demi tercapainya efek terapi yang diinginkan.

Pada percobaan Farmasetika ini,  tujuan percobaan yang dilakukan yaitu untuk mengetahui sediaan larutan atau formulasi yang baik serta dapat mengevaluasi sediaan yang dianggap baik dan memenuhi syarat yang stabil. Sehingga pada percobaan ini dibuat lima sediaan emulsi.

Dalam pembuatan sediaan emulsi, zat aktif yang digunakan adalah parafin cair. Parafin cair ini akan mengalami oksidasi ketika dipanaskan dan saat terkena sinar cahaya. Sehingga pada saat pemanasan/penggunaan parafin cair tidak boleh terlalu panas.

Selain bahan berkhasiat/zat aktif yang dibutuhkan dalam pembuatan sediaan emulsi, selain itu juga dibutuhkan bahan pembantu/tambahan,seperti: CMC-Na, Tween, span, cetil alkohol dan aquadestilata.

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil dan merupakan faktor yang penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan untuk mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Emulsi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur.

Kestabilan suatu emulsi adalah kemampuan suatu emulsi untuk mempertahankan distribusi yang teratur dari fase terdispersi dalam jangka waktu yang lama. Penurunan stabilitas dapat dilihat jika terjadi campuran (Bj fase terdispersi lebih kecil dari Bj fase pendispersi ). Hal ini menyebabkan pemisahan dari kedua fase emulsi.

Pengawet yang biasa digunakan umumnya merupakan sediaan sirup dengan dosis berulang, sehingga terdapat kemungkinan yang sangat besar mengalami kontaminasi mikroorganisme. oleh sebab itu, diperlukan pengawet yang merupakan salah satu bahan pembantu untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme.

Dalam praktikum ini dilakukan pembuatan sediaan lima emulsi, yang masing-masing sediaan mengandung beberapa penyusun.

Pembuatan Korpus Emulsi Basah Dari hasil pengamatan dengan cara korpus emulsi basah diperoleh tinggi sedimentasi menit ke 10= 0,98 ; 20= 0,94 ; 30= 0,96 ; 60= 0,94 ; 120= 0,96 ; 1 hari= 0,95 ; 3 hari= 0,95. emulsi ini dapat dikatakan stabil karena harga Hu/Ho nya = 1 dan ada pula yang mendekati 1. sedangkan dari pengamatan organoleptis diketahui bau yang khas, warna agak keruh dan terjadi pembentukan lapisan seperti susu. Lapisan yang sedikit keruh kemungkinan disebabkan dalam pengerusan atau pencampuran kurang homogen dan halus, selain itu juga memiliki rasa agak pahit dan memiliki bobot jenis 1.

Pembuatan Korpus Emulsi kering
Dari hasil pengamatan dengan cara korpus emulsi kering diperoleh volume sedimentasi menit ke 10= 1 ; 20= 1 ; 30= 0,98 ; 60= 0,97 ; 120= 0,93 ; 1 hari= 0,94 ; 3 hari= 0,94. emulsi ini dapat dikatakan stabil karena harga Hu/Ho nya = 1 atau mendekati satu. sedangkan dari pengamatan organoleptis diketahui bau yang khas, warna agak keruh dan terjadi pembentukan lapisan seperti susu. Lapisan yang agak keruh tersebut kemungkinan dapat disebabkan dalam penggerusan kurang halus dan homogen sehingga terjadi dua lapisan yakni susu dan cairan agak keruh., selain itu juga dalam sediaan emulsi ini memiliki rasa agak pahit (lemah) dan memiliki bobot jenis 0,978.

Pembuatan Emulsi Tanpa Korpus
Dari hasil pengamatan dengan cara tanpa korpus emulsi diperoleh tinggi sedimentasi menit ke 10= 0,97 ; 20= 0,94 ; 30= 0,90 ; 60= 0,90 ; 120= 0,86 ; 1 hari= 0,89 ; 3 hari= 0,83. Emulsi ini dapat dikatakan stabil karena harga Hu/Ho nya = 1 dan ada pula yang mendekati 1. sedangkan dari pengamatan organoleptis diketahui bau yang khas, warna agak keruh dan terjadi pembentukan lapisan seperti susu. Lapisan yang agak keruh tersebut kemungkinan dapat disebabkan dalam penggerusan kurang halus dan homogen sehingga terjadi dua lapisan yakni susu dan cairan agak keruh. emulsi ini justru pada lapisan seperti susu lebih sedikit, kemungkinan dari cara pembuatannya yang dilakukan secara langsung tanpa ada pengembangan terlebih dahulu sehingga hasil sediaan tersebut kurang baik atau bisa juga dari pembuatan yang kurang maksimal. Selain itu juga dari dalam sediaan emulsi ini memiliki rasa agak pahit (lemah) dan memiliki bobot jenis 0,983.

Pembuatan Emulsi (Tween dan Span) Pada pengamatan dengan emulgator sintetis dengan menggunakan tween dan span diperoleh tinggi/harga Hu/Ho pada menit ke 10= 0,95 ; 20= 0,92 ; 30= 0,89 ; 60= 0,84 ; 120= 0,86 ; 1 hari= 0,86 ; 3 hari= 0,83. Emulsi ini dapat dikatakan stabil karena harga Hu/Ho nya = 1 dan ada pula yang mendekati 1. sedangkan dari pengamatan organoleptis diketahui bau yang khas, warna agak keruh dan terjadi pembentukan lapisan seperti susu. Lapisan yang agak keruh tersebut kemungkinan dapat disebabkan dalam penggerusan kurang halus dan homogen sehingga terjadi dua lapisan yakni lapisan seperti susu dan cairan agak keruh. Tinggi emulsi ini antara lapisan seperti susu dan cairan yang agak keruh hampir sama. Hal ini juga kemungkinan disebabkan dari cara pembuatannya yang kurang maksimal. Selain itu juga dari dalam sediaan emulsi ini memiliki rasa yang khas (lemah) dan memiliki bobot jenis 0,992.

Pembuatan Emulsi (Tween, Span dan cetil alkohol) Pada pengamatan dengan emulgator sintetis dengan menggunakan tween, span dan cetil alkohol diperoleh tinggi/harga Hu/Ho pada menit ke 10=1; 20=1; 30=1; 60= 0,98 ; 120= 0,98 ; 1 hari=1; 3 hari=1. Emulsi ini dapat dikatakan lebih stabil dari sediaan emulsi yang lain karena harga Hu/Ho nya = rata-rata 1 dan ada pula yang mendekati 1. sedangkan dari pengamatan organoleptis diketahui bau yang khas, warna agak sedikit keruh dan terjadi banyak pembentukan lapisan seperti susu. Lapisan yang agak keruh tersebut kemungkinan dapat disebabkan dalam penggerusan kurang halus dan homogen sehingga terjadi dua lapisan yakni lapisan seperti susu dan cairan agak keruh. Dengan penambahan cetil alkohol Tinggi lapisan seperti susu ini lebih dominan/ banyak dan cairan yang agak keruhnya hanya sedikit. Selain itu juga dari dalam sediaan emulsi ini memiliki rasa agak pahit dan memiliki bobot jenis 0,940. Dari kelima emulsi tersebut yang menunjukkan paling baik yakni emulsi dengan komposisi tween, span dan cetil alkohol.

Pada formulasi sediaan emulsi suatu obat, ada usaha yang harus dilakukan agar obat tersebut dapat diberikan dan diabsorpsi oleh tubuh dengan baik. Rasa yang tidak enak akan menyulitkan pemberian pada pasien. Contohnya, minyak jika diminum secara langsung akan memberikan efek yang tidak enak bagi pasien. Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan suatu pencampuran agar rasa minyak tersebut tidak terasa pada pasien. Cara tersebut adalah dengan membuat minyak didispersikan dalam fase pendispersi yang berupa air. Sehingga saat diberikan kepada pasien tidak merasa menelan minyak melainkan air yang akan dirasakannya.

Semua emulsi memerlukan bahan anti mikroba karena fase air mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawetan sangat penting untuk emulsi minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur dan ragi lebih sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat fungistatik atau bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahan pengemulsi ionik dan nonionik, gliserin dan sejumlah bahan pengemulsi alam seperti tragakan dan gom.

Data preformulasi emulsi digunakan untuk mengetahui sifat fisiko kimia dari emulsi yang akan dibuat atau dikerjakan. data preformulasi emulsi diantaranya yaitu sebagai berikut:

Zat Aktif Parafin cair

Pemerian:
  • Warna: tidak berwarna
  • Rasa: tidak berasa
  • Bau: tidak berbau (saat dingin)
  • Bentuk: minyak cair kentaal
Kelarutan:
  • Larut dalam aseton, benzen, kloroform, carbon disulfida eter dan petroleum eter.
  • Tidak bercampur dengan minyak menguap dan lemak padat
  • Praktis tidak larut dalam etanol 95%, gliserin dan air
  • Titik lebur: > 3600 C
  • Titik beku: antara 470 C-650 C
Stabilitas:
  • Mengalami oksidasi ketika dipanaskan dan saat terkena cahaya
  • Reaksi oksidasi membentuk senyawa peroksida yang akan merubah katalis untuk reaksi oksidasi selanjutnya.
  • Hasil oksidasi berupa aldehid dan asam organik yang akan merubah rasa serta bau.
Inkompatibilitas: Inkompatibil dengan bahan yang dapat mengoksidasi (oksidator kuat)

Data Preformulasi Zat Tambahan

1. Carboxy Metyl Cellulosium Natrium (CMC-Na)
Pemerian:
  • Warna: putih sampai krem
  • Rasa: hampir tidak berasa
  • Bau: hampir tidak berbau
  • Bentuk : serbuk atau granul
Kelarutan:
  • Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloid
  • Tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain.
  • Titik leleh: 227-252 C
  • pKa: 4,3
  • Bobot jenis: 0,52 gram/cm3
Stabilitas:
  • Higroskopik dan dapat menyerap air pada kelembapan tinggi
  • Stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi pada pH 2, viskositas berkurang pada pH lebih dari pH 10
  • Sterilisasi cara kering pada suhu 1600 C selama 1 jam, akan mengurangi viskositas dalam larutan
  • Perlu penambahan antimikroba dalam larutan
Inkompatibilitas:
  • Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan larutan garam dari beberapa logam
  • Pengendapan terjadi pada pH 2 dan pada saat pencampuran dengan etanol 95%.
  • Membentuk kompleks dengan gliserin dan pektin.

2. Tween 80
Pemerian:
  • Warna: putih bening atau kekuningan
  • Rasa: sedikit berasa seperti basa
  • Bau: bau khas
  • Bentuk: cairan seperti minyak
  • Kelarutan:
  • Larut dalam etanol dan air
  • Tidak larut dalam minyak mineral dan minyak nabati.
  • pH larutan: 6-8 untuk 5% zat (w/v) dalam larutan berair
  • Stabilitas:
  • Stabil bila dicampurkan dengan elektrolit, asam lemah dan basa lemah
  • Pereaksi saponifikasi terjadi jika dilakukan penambahan basa kuat/asam kuat

Inkompatibilitas: Perubahan warna atau pengendapan dapat terjadi dengan berbagai bahan, terutama fenol, tanin

3. Span 80
Pemerian:
  • Warna: krem sampai kecoklatan
  • Rasa: rasa khas
  • Bau: bau khas
  • Bentuk: cairan kental
  • Kelarutan:
  • Larut atau terdispersi dalam minyak
  • Larut dalam banyak pelarut organik
  • Tidak larut dalam air, tetapi dapat terdispersi secara perlahan
  • Bobot jenis: 1,01 gr/cm3
  • pH larutan: < 8
  • Stabilitas:
  • Stabil jika dicampurkan dengan asam lemah dan basa lemah
  • Pembentukan sabun terjadi saat dilakukan penambahan asam kuat dan basa kuat
  • Inkompatibilitas : -

4. Cetil alcohol
Pemerian:
  • Warna: putih
  • Rasa: lemah
  • Bau: bau khas
  • Bentuk: granul, berbentuk kubus
  • Kelarutan:
  • Larut dengan adanya peningkatan temperatur
  • Praktis tidak larut air
  • Praktis Tidak larut dalam etanol 95%
  • Stabilitas:
  • Stabil dengan adanya asam, alkali, cahaya, dan air tidak dapat tengik
  • Inkompatibilitas:
  • Ketidak campuran dengan bahan pengoksida yang kuat

USULAN FORMULA

Menurut Formularium Nasional halaman 227, Formulasi sediaan emulsi Paraffini emulsum atau emulsi parafin adalah:
  1. Tiap 100 mL mengandung:
  2. Paraffinum Liquidum 50 mL
  3. Gummi Arabicum 12,5 mg
  4. Sirupus Simplex 10 mL
  5. Vanillinum 4 mg
  6. Aethanolum 90% 6 mL
  7. Aqua Destilata ad 100 mL
Usulan formula yang baik dengan memperhatikan campuran zat tambahan atau bahan-bahan tambahan lainnya yang dapat berinteraksi baik atau tidak dengan zat aktif bahan tersebut, dan memperhatikan kestabilan, kelarutan, kompatibilitas tiap-tiap bahan yang dicampurkan, tujuannya supaya menghasilkan kualitas obat dengan efektifitas zat aktif yang baik, kestabilan sediaan dan penerimaan ke pasien yg baik.

Usulan formula untuk sediaan emulsi, sebaiknya terdapat beberapa komponen dalam menunjang pembuatan emulsi yang baik seperti:
  1. Pengawet antimikroba (sediaan emulsi dengan dosis berulang sehingga terdapat kemungkinan yang sangat besar mengalami kontaminasi mikroorganisme. Oleh sebab itu, diperlukan pengawet yang merupakan salah satu bahan pembantu yang ditambahkan, untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme).
  2. Antioksidan (diperlukan terutama untuk mencegah terjadinya ketengikan dari fasa minyak ataupun oksidasi zat berkhasiat)
  3. Gula atau pengganti gula (Pemanis yang biasa digunakan pada sediaan larutan adalah sukrosa atau sirupus simplex. Seperti yang terdapat pada sediaan obat yang telah dipasarkan).
  4. Pembau (agar menutupi bau dari zat aktifnya yang mungkin menyengat)
  5. Pewarna (agar menutupi penampilan yang tidak menarik atau meningkatkan penerimaan pasien. Biasanya warna-warna yang membuat orang-orang dewasa maupun anak-anak tertarik yakni orange,merah,ungu dll. Tetapi zat warna yang ditambahkan harus sesuai dengan flavour sediaan tersebut)
  6. Perasa (perasa ini biyasanya untuk menarik pasien terutama pada anak-anak. Seperti rasa anggur,jeruk,setrowberi dan masih banyak lagi perasa-perasa yang disukai oleh orang dewasa maupun anak-anak.
  7. Flavour

Dan juga banyak sediaan emulsi, terutama yang dibuat dalam perdagangan, mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.

Untuk sediaan emulsi yang tidak bercampur atau tidak terjadi penyatuan adalah sediaan emulsi yang mengalami ketidakstabilan dalam emulsi farmasi, yang dapat digolongkan menjadi flokulasi dan creaming serta koalesen dan pecahnya emulsi. Flokulasi dan creaming ini merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapisan cairan, di mana masing-masing lapisan mengandung fase dispers yang berbeda. Sedangkan koalesen merupakan peristiwa penggabungan globul-globul menjadi besar (lapisan antarpermukaan rusak) sehingga dapat menyebabkan pecahnya emulsi (breaking) yang merupakan proses lanjut dari koaleses.

Usahakan dalam membuat sediaan emulsi jangan sampai emulsi tersebut berbentuk cracking karena apabila telah terbentuk cracking, pengocokan sederhana akan gagal untuk mengemulsi kembali butir-butir tetesan dalam bentuk emulsi yang stabil. Pada creaming, flokul fase dispers mudah didispersi kembali dan terjadi campuran homogen bila dikocok kembali, bentuk creaming lebih cepat mengendap, tetapi bisa di perbaiki kembali dengan pengocokan, agar sedian emulsi lebih stabil, Bj fase terdispersi lebih besar dari Bj fase pendispersi. Kestabilan suatu emulsi dapat dilihat dari kemampuan suatu emulsi untuk mempertahankan distribusi yang teratur dari fase terdispersi dalam jangka waktu yang lama.

Sumber: https://www.apocil.com

4 komentar untuk "Preformulasi Emulsi Dan Pembuatan Emulsi"

  1. Anonim3:59 PM

    gan, mau nanya data preformulasi itu untuk semua sediaan atau hanya untuk sediaan obat saja? truz dapat kita lihat dimn? dan fungsi data preformulasi untuk apa? makasih gan....

    BalasHapus
  2. Data Preformulasi adalah penentuan identifikasi senyawa yang memiliki sifat2 fisika maupun kimia, yang digunakan untuk membuat formula sediaan farmasi yang baik.
    Data Preformulasi dapat kita lihat di HOPE, ForNas, Farmakope

    BalasHapus
  3. hei, thx for sharing :)
    mau nanya dong, kan sy punya HOPE nya yang versi e-book ya? tapi ko pas saya buka halaman ttg span dan tween beda yah ? sebetulnya nama kimia dari span dan tween itu apa yah?
    he mohon bantuannya, makasih :D

    BalasHapus
  4. Anonim7:08 PM

    harga Hu/Ho itu apa?
    cara mengetahui emulsi yang paling stabil itu bagaimana?

    BalasHapus

Terimakasih Telah berkunjung di blog sederhana ini. Silahkan tinggalkan komentar atau pesan dan kesan. Saya yakin yang berkunjung adalah orang Berpendidikan dan Terpelajar dan tidak akan meninggalkan kesan yang mengandung unsur "SARA"